Ngobrol Puisi Bareng FLP Mesir
Pada hari Sabtu (18/3/2017) FLP Mesir mengadakan ngobrol bareng tentang
puisi. Acara yang dinaungi dengan mendung dan memerahnya langit itu diadakan di
Hadiqoh Lotus, Hay Sabi’. Dengan menghadirkan Muhajir Muslim sebagai
narasumber. Acara dimulai pukul 14.45 sampai 18.30 Clt.
Diawali dengan penuangan pemahaman tentang puisi yang sudah sedikit berdebu
di kepala para anggota, Muhajir menuangkannya dengan santai.
“Puisi menurut Goenawan Muhamad merupakan fragmen peristiwa
pengalaman, pengamatan dan pemikiran.” Ujarnya mengawali dengan defenisi puisi menurut pakar. ” Dan Saini KM
mendefinisikan penyair sebagai ‘Ia
yang berumah di sebuah kuil di tengah hutan’.”
Selanjutnya pria kalem itu menjelaskan tentang struktur puisi yang terdiri
dari struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri dari; tipografi,
diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa dan rima. Sedangkan struktur batin
terdiri dari: tema, nada serta amanat.
Selain menyampaikan teori puisi secara umum, Muhajir juga memberikan tips
bagaimana membuat puisi yang indah, di antaranya:
1. Jangan memilih tema yang sama dalam kurun waktu
tertentu. Karena bisa membuntukan imanjinasi.
2. Jangan terlalu banyak mengulang kata yang sama.
Sebab akan menimbulkan kebosanan.
3. Terlalu puitis atau terlalu banyak menggunakan
majas.
4. Menggunankan diksi yang unik; jarang ditemukan
dalam percakapan sehari-hari atau literatur dan berita-berita.
5. Jangan terlalu dalam maknanya yang akan membuat
pembaca bertanya-tanya.
6. Pilihlah judul yang saat pertama kali membacanya
dapat menarik minat pembaca.
7. Jangan terlalu pendek atau terlalu panjang.
Setelah setiap kepala anggota yang hadir diisi dengan teori puisi dan tips
membuat puisi yang indah, Muhajir langsung meminta setiap orang menuliskan
puisi dan membacakannya. Hasilnya menakjubkan. Pada sore itu keluarlah sisi
seorang penyair dari setiap anggota dan menghasilkan puisi-puisi yang
membuaikan hati (yang akan diposting pada pos-pos selanjutnya).

Puisi itu mendapatkan lumayan banyak kritik, masukan, dan pertanyaan. Salah
satunya, puisi Yazid itu tidak mengandung majas. Namun pria berstelan jas itu
membela dengan mengatakan, “Ya, puisi ini ditulis dengan perasaan marah, jadi
ya lebih banyak memakai kata-kata langsung atau kata yang tidak
bersayap-sayap.” Namun dibantah, “Ya, semestinya seorang penyair itu, marahnya
pun jadi puisi.”
Ketika azan maghrib berkumandang, acara pun diakhiri. Ditutup dengan doa
dan tak lupa foto bersama. Semoga ini menjadi langkah awal FLP Mesir menelurkan
puisi-puisi dan seperti kata Muhajir Muslim, “Sampaikanlah maknamu dengan
puisi!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar